TEMPO.CO, Surabaya - Di dermaga ini kapal-kapal phinisi sabar menanti muatannya. Crane renta hanya berayun pelan. Truk-truk juga hanya berbaris rapi. Satu diantaranya bahkan sedang dicat ulang oleh sang kernet--sekalipun warna truk belum sepenuhnya pudar.
“Ya daripada dia nggak ada kerjaan, saya suruh ngecat truk saja,” kata Muhammad Ali, 28, seorang sopir truk ekspedisi asal Bangkalan, ketika ditemui di Terminal Kalimas, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jumat 30 Oktober 2015. “Lah tiap hari minta gajian, padahal angkutan lagi sepi,” kata dia lagi
Terminal Kalimas mempunyai dua dermaga, yakni pelabuhan lokal untuk tempat bersandar kapal-kapal besi dan pelabuhan rakyat tempat kapal-kapal kayu phinisi. Nasib keduanya jauh berbeda. Jika sejak pukul 08.00 para buruh angkut di pelabuhan lokal sudah riuh dan bersiap bekerja, di pelabuhan rakyat, sebaliknya.
Baru menjelang pukul 10.00, beberapa truk mulai merapat ke dermaga pelabuhan rakyat. Itu pun tak seberapa. Di dekat pos 4, baru tampak truk bermuatan pupuk dan pakan ternak.
Ali mengenang hari-hari ramainya pelabuhan rakyat, saat kondisi perekonomian tak melambat seperti sekarang. “Dulu setiap hari ada saja barang yang diangkut. Sekarang mungkin satu minggu baru satu rit,” ujarnya. Walhasil penghasilannya sebagai supir ekspedisi merosot tajam.
Kapal-kapal besi berukuran besar dituding sebagai penyebabnya. Dermaga Kalimas, dinilai lebih banyak dimanfaatkan bukan untuk kepentingan kapal-kapal rakyat yang masih tradisional. Sebab, sejak pengembangan terminal lain di bawah Pelabuhan Tanjung Perak dilakukan, kapal-kapal besi berpindah ke sisi utara dermaga Terminal Kalimas. Secara keseluruhan, organisasi pun merasa pelayaran rakyat tengah dianaktirikan.
"Pak Jokowi dulu menyampaikan pidato kemenangan di atas kapal tradisional Phinisi, di Pelabuhan Rakyat Sunda Kelapa. Mestinya beliau paham, apa itu definisi pelayaran rakyat,” ujar Ketua Dewan Pimpinan Cabang Pelra Surabaya M. Yusuf, Senin, 26 Oktober lalu.
Baca juga:
Wah, Mourinho Tak Jamin Chelsea Masuk 4 Besar, Akan Dipecat?
Jose Mourinho Terpuruk Gara-gara Wanita Cantik Ini?
Yusuf mengatakan, belum ada satu pun implementasi program Nawacita dari Kabinet Kerja Jokowi yang menyentuh pelayaran rakyat. “Tol Laut hanya memperhatikan pelayaran niaga modern dan kapal-kapal kontainer besar, bukan Pelra (pelabuhan rakyat) ,” kata dia.